Senin, 24 Oktober 2011

Fungsi Perpustakaan di Pulau Kapuk.

Selintas fungsi perpustakaan yang terdapat dalam falsafah kepustakawan, seperti yang dijelaskan oleh Wiji Suwarno terdapat lima fungsi yaitu pendidikan, informasi, penelitian, rekreasi, dan preservasi (Suwarno, 2007: 46). Kelima fungsi tersebut merupakan paduan, dimana ketika kelima fungsi tersebut saling berkesinambungan satu sama lain. Satu per satu fungsi tersebut berjalan ketika fungsi-fungsi tersebut memiliki sebuah “pengguna” dari fungsi tersebut. Hanya saja, mari kita lihat beberapa kasus belakangan ini masih banyak yang menamakan dirinya sebagai “perpustakaan” masih saja belum memenuhi ke-lima fungsi tersebut. Titik tolak dari berjalannya kelima fungsi tersebut adalah dari “perpustakaan”  yang mulai menjalankan ke-lima fungsi tersebut, hanya saja di indonesia ini mungkin karena pola-pola budaya membaca masih minim, yah memang karena kita dari awal merupakan penganut budaya lisan, sehingga fungsi-fungsi perpustakaan berlandaskan falsafah kepustakawan yang diungkapkan oleh Wiji Suwarno di atas menjadi tergantikan oleh media pertelevisian, malah bahkan sekarang media globalisasi (internet) yang mendominan atas fungsi-fungsi tersebut.
            Kesan perpustakaan yang berbasis Hi-Tech kini telah digaung-gaungkan di indonesia, mari kita kembali bertanya apakah konsep tersebut sudah cocok digunakan atau malah dilaksanakan di beberapa organisasi yang disebut “perpustakaan” di negara kita ini? Konsep teknologi yang di agung-agung kan tersebut, masih kalah dari pertelevisian. Coba kita lihat budaya “urusan perut lebih penting” masih sangat fasih bangsa kita anut. Hanya saja segelintir orang mungkin tidak seperti itu, tapi apakah dengan segelintir orang tersebut menjadi berperan untuk mengingatkan yang lainnya untuk melirik perpustakaan. Sudahlah jangan dulu memandang teknologi, karena teknologi hanya sebagai alat bantu. Nah yang menjalankannya siapa? Perpustakaan? Bukan, perpustakan hanyalah sebuah organism yang mati, organism itu hidup ketika didalamnya terdapat sebuah aktifitas, dan yang menjalankan aktifitas tersebut adalah manusia, atau dalam istilah orang-orang perpustakaan memanggilnya pustakawan.
            Mari kita tengok terhadap UU No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan, disana tercantum dari mulai kebijakan, jenis, sumber daya, bentuk pengolaan, dan fungsi perpustakaan. Nah, mari kita tinjau kembali apakah dengan adanya program PerpuSeru yang diluncurkan oleh Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) pada hari senin 17 Oktober 2011 di jakarta. Program ini merupakan program pengembangan perpustakaan yang difokuskan pada penyediaan akses perangkat teknologi, pelatihan pengurus, serta advokasi bagi 40 perpustakaan umum di tingkat KABUPATEN di seluruh Indonesia.  Saya menyangkan kenapa tingkat kabupaten? Kenapa tidak tingkat masyarakat secara individu. Coba tengok perpustakaan setingkat kabupaten mau menengok tidak kebawah, mungkin hanya sekedar formalitas saja menurut saya. Coba lihat pahlawan perpustakaan di salah satu daerah di darangdan, desa gununghejo, kab.purwakarta, prov jawa barat. Selain itu lihat juga :
Kenapa tidak beliau-beliau saja yang diberikan bantuan...?
            Apalagi didukung dengan pernyataan Kepala Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Dalam Negeri Tarmizi A. Karim mengatakan, perpustakaan memiliki peranan yang penting dan strategis sebagai sumber informasi, sekaligus pemberi inspirasi bagi masyarakat dalam upaya mengembangkan dirinya.
            Semoga perpustakaan setingkat kabupaten lebih melirik-lirik masyarakat yang memang mau “membaca” tetapi sangat tidak punya akses kepada “informasi” tersebut. Hal inilah yang menjadi Pekerjaan Rumah para pustakwan di indonesia. Selain itu, kembali saya mengutip pendapat Kepala Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Dalam Negeri Tarmizi A, “Masyarakat, khususnya generasi muda, tidak boleh melupakan pentingnya keberadaan perpustakaan. Program PerpuSeru merupakan langkah awal yang patut kita hargai, dimana inisiatif ini turut mendukung pemerataan teknologi, sekaligus memperkecil jarak ketertinggalan di tengah masyarakat. Upaya ini sejalan dengan pencapaian Prioritas Pembangunan Nasional, yang salah satunya di bidang Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pendidikan. Untuk itu, Kementerian Dalam Negeri siap membantu dan memfasilitasi kelanjutan program ini, termasuk pengembangan model yang sama bagi pemerintah daerah lainnya," kata Karim dalam peluncuran PerpuSeru.
            Semoga kedepannya fungsi-fungsi ini berjalan, apalagi dengan adanya konsep HI-Technology  yang di usung oleh program CSR dari the Global Libraries Initiative at the Bill & Melinda Gates foundation. Dan menjadi sebuah cambukan bagi pemerintah indonesia, untuk melihat kembali Undang-Undang yang telah pemerintah buat. 



Sumber Inspirasi :

Suwarno, Wiji. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan : Sebuah Pendekatan Praktis. Yogyakarta:Ar-Ruzz.
Inggried Dwi Wedhaswary.2011.Diluncurkan, Program "PerpuSeru"!. Kompas Avaliable At :  http://edukasi.kompas.com/read/2011/10/18/09315041/Diluncurkan.Program.PerpuSeru.

2 komentar:

  1. kebomenari ini angkatan berapa aslinya ? namanya siapa ?

    BalasHapus
  2. oh, kami ini angkatan 70-an fakultas publisistik unwim..

    BalasHapus

semoga menjadi sesosok inspirasi dalam hidup anda

WARNING !!

PLAGIAT ADALAH TINDAKAN YANG BISA MENDAPATKAN SANKSI BACA SENDIRI UU RI No 19 TAHUN 2002 BAB XIII Ketentuan Pidana Pasal 72, APABILA MAU MENGOPI-PASTE TULISAN DISINI GUNAKAN SITASI YANG BAIK DAN BENAR