Selasa, 29 Maret 2011

kerjaan pustakawan, yg di evaluasi oleh BUKAN pustakawan

sore ini saya menerima laporan evaluasi, yg sudah di evaluasi oleh tim evaluasi project pengolahan perpustakaan hukum di suatu universitas. sedikit dilihat, ternyata lumayan banyak coretan tinta merah yg mereka torehkan di laporan evaluasi tersebut. sekalian cape, saya pun mengkajinya.

ternyata coretan merah tersebut banyak bertebaran di field subjek dan keyword, setahu saya dalam ilmu perpustakaan ada sebuah konsep penomoran klasifikasi yang melihat tajuk subjek dulu sebelumnya, dan tentu saja biasanya digunakan rujukan sebuah tajuk subjek dari perpusnas ( toh, lembaga tertinggi dan yang membuat aturan baku tentang hal begini yah lembaga ini ). dan untuk keyword, biasanya disesuaikan dengan kebutuhan dari si penelusur, dan kebetulan di perpustakaan hukum ini tidak mempunyai sebuah perangkat penelusur, tetapi mereka hanya mempunyai sebuah sistem yang mungkin hanya di pakai oleh staf saja ( jd yg menelusur adalah stafnya sendiri ).

dari awal, coretan tinta merah ini sudah ada di lembar evaluasi yg pertama, dan sebenarnya jadi masalah hal tersebut. lalu, dilakukan lah proses lobi untuk menemukan solusi praktisnya seperti apa ( karena kebetulan mereka belum mempunyai SOP dalam bidang ini ). solusinya adalah membuatkan sebuah mind-mapper dalam kajian ilmu hukum. dan tata cara penggunaannya adalah :
1. ketika kita melihat subjek di akar yang keempat, maka akar yg ketiga lah yang digunakan untuk subjek.
2. ketika kita melihat subjek di akar keempat, maka akar ketiga jugalah yang menjadi keyword.

tetapi, setelah melihat hasil evaluasi, kok banyak hal-hal yang sudah tercantum di akar ke-3 yang dijadikan subjek, tapi masih sajah tetep salah. dan kesalahan di keyword pun, karena keyword tidak sesuai dengan substansi judul ( padahal banyak buku yang judulnya apa, isinya juga apa, walaupun idealny sebuah judul menggambarkan isi ). dan kalaupun melihat peraturan kita mengikuti peraturan kok, mengisi akar k-3 pada field subjek dan keyword. dan ada juga, yg disalahkan dan diganti dengan yg tidak ada di mind-mapper tersebut.

yang pengen saya tanyakan, apakah benar ini kaidah dalam sebuah metode evaluasi? bukankah sebuah evaluasi itu bakalan berjalan apabila ada standart baku (tertulis) dan itu objektif (tertulis)? dan kenapa ketika subjek itu salah, no.klasifikasi pun tidak ikut salah?
dan yang saya sesali, yang mengevaluasi saya bukan PUSTAKAWAN...

yah, mungkin ini sedikit curhatan dari sisa tenaga hari ini, dan saya mungkin hanya bawahan.
tepat di tanggal 29 maret 2011

Rabu, 16 Maret 2011

RDA ( Resources Description Access ) dan Perpustakaan di Indonesia

Dunia perpustakaan kini telah berkembang, seperti halnya zaman ini yang mulai berkembang. memasuki sebuah hal yang dinamakan "serba mudah". serba mudah itu sendiri telah sedikit diterapkan dalam konsep mendapatkan informasi, dengan didukung oleh UU Keterbukaan Informasi. selain itu, "serba mudah" itu sendiri sering dikaitkan dengan penggunaan teknologi, untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang menghasilkan hal "serba mudah". Dengan seiringnya kata "serba mudah" tersebut munculah sebuah konsep perpustakaan yang berbasis teknologi, dikarenakan untuk mendukung hal yang "serba mudah" tersebut.

Seiring dengan berkembangnya negara indonesia, berkembang juga dunia ke-perpustaka-an kita. perkembangan tersebut adalah dengan mewujudkan sebuah fenomena pergeseran paradigma, dari perpustakaan konvensional kepada perpustakaan kontemporer. perpustakaan yang dikatakan kontemporer adalah sebuah perpustakaan yang mengikuti perkembangan zaman, baik dari segi kegiatan teknis maupun segi kegiatan strategis. hal tersebut juga, didukung dengan tujuan dari mendirikan sebuah perpustakaan yaitu memeberikan kepuasan kepada pengguna, yah kepuasan "serba mudah" tersebut.
dengan perkembangan perpustakaan terhadap teknologi tersebut, sedikit demi sedikit hal -hal yang berbau konvensional ditinggalkan oleh perpustakaan. seprti, dimulainya mengotomatisasikan kegiatan-kegiatan teknis perpustakaan, megotomatiskan kegaitan-kegiatan prosedural perpustakaan, lalu hingga membuat standarisasi peng-kataloga-an yang dibuat berdasarakna konsep teknologi ini, yang lebih dikenal sekarang adalah RDA ( Resource Description Access ). konsep ini muncul, dikarenakan latar belakang katalog-katalog kartu itu sudah harus diganti dengan katalog-katalog digital.

RDA sendiri dirancang untuk sebuah produk online ( katalog online ) yang digunakan dalam lingkungan web, yang bercirikan :

  1. Disesuaikan dengan Functional Requirements for Bibliographic Records (FRBR) dari IFLA dan model data baru yang relevan.
  2. Petunjuk untuk pencatatan data akan disajikan terpisah dari petunjuk untuk tampilan data, supaya terjadi fleksibilitas yang lebih besar untuk cantuman yang digunakan di pelbagai lingkungan online.
  3. Tata letak dan format lebih ramah terhadap pengguna (user-friendly), dengan petunjuk yang ditulis dalam bahasa Inggris yang sederhana (maksudnya: tanpa terminologi yang hanya dimengerti oleh kalangan pustakawan), sehingga peraturan ini dapat dengan mudah dipakai di luar dunia perpustakaan.

Terlihat dari 3 poin diatas pengguna semakin dimanjakan, untuk melihat katolg-katalog perpustakaan online ( tidak hanya katalog online-shop saja yang memanjakan pengguna). tapi sayang, masih banyak pro kontra dalam konsep ini, dari mulai harga mahal sampai kita pun sebagai pustakawan dituntut untuk mengerti konsep dari digitalisasi dulu.
tetapi, yah tergantung kita juga kan mau memakai konsep ini atau enggak. sekarang pertanyaan yang muncul, apakah pengguna di indonesia se-hyperaktif inikah dalam penelusuran informasi, toh terkadang ada saja mereka (pengguna) yang tidak melihat katalog dan langsung saja bertanya pada pustakawan tentang buku. yah, sebenarnya konsep RDA ini adalah konsep yang dianut perpustakaan digital.

sedangkan di indonesia, perpustakaan lebih banyak menggunakan konsep perpustakaan hybrid ( pendit, putu laxman, 2008: 238h). yah, sekarang pertanyaan muncul, konsep RDA ini sudah mendukung untuk peprustakaan hybrid belum? sudah mendukung untuk penggunaan di indonesia belum, sebenarnya RDA ini hanya pengetahuan, yang sekarang sedang booming, dan mungkin di indonesia ada sekitar kurang lebih 20-30 tahun mendatang. karena konsep perpustakaan ter-automasi saja baru banyak dilaksanakan sekarang, sedangkan di luar sana, sudah dari 15 tahun kemarin..

yang menjadi, pro kontra disini bukan per-masalah-an RDA tapi permasalahan pembenahan perpustakaan itu sendiri, apakah perpustakaan sudah "terbenahi" belum? bukan nya menyalahi, masih banyak kepala perpustakaan bukan dari lulusan ilmu perpustakaan malah dari anggota partai politik, masih ada pustakawan yang g gaul, masih banyak pustakawan yang pake nalurinya dalam menjalankan perpustakaan, dan masih banyak pula pustakawan yang belum mengenal metadata ( apalagi pustakawan di perpusda)..yah selamat bertanya..??

karena di luar sana perpustakaan sudah tampak"keren", beda dengan kita disini ^_^
Bandung, sambil menyusun kerangka pemikiran..

Jumat, 04 Maret 2011

Bekerja keras, dan imajinasi melambung bersama asap rokok

Membuka mata adalah aktivitas awal ketika kita bangun dari tidur lelap di malam hari, selanjutnya menenggak air putih 1 botol ( walah.. ) lalu ke kamar mandi untuk  menyeka muka supaya lebih gantengan dikit. duduk bersimpuh adalah aktivitas sebelum ku nikmati buaian imajinasi yang hadir di pagi ini, meratapi semuanya kehidupan yang ceria, sendu dan bergetar 1 minggu kemarin. berimajinasi bersama kopi dan rokok adalah aktivitas yang begitu mengasikan, menyusun rencana untuk berjalan esok hari dan selanjutnya seraya menggambarkan apa yang sudah saya lakukan kemarin.

Oke dengan mulainya tulisan ini saya akan menggambarkan secara detail apa arti

mengejar kelulusan, bersenandung indah tentang cinta, mengejar kedamaian, berbicara tentang masa depan, dan diakhiri dengan bermimpi indah.

kalimat-kalimat itu yang akan menjadi sebuah quote awal dari dimulainya semester akhir ini, yah memang sangat terlihat ketika di tulis, dan sangat nikmat ketika memahami arti kata-perkatanya. hidup ini indah, hidup ini sulit, tetapi kita harus menghadapinya dengan senyuman kenikmatan karena kita sudah pernah hidup dan merasakannya. kehidupan semster akhir ini, adalah kehidupan yang penuh dengan mimpi untuk masa depan yang gemilang, tapi kadang mahasiswa semster akhir kelupaan dengan quote pertamanya yaitu mengejar kelulusan.

buaian asap rokok mulai membumbung, dan suruputt,,kenikmatan meminum kopi di pagi ini menggambarkan kejadian kemarin, dan mendeskripsikan asumsi untuk kedepannya. kita hanya bisa berharap menjalani apa yang telah kita harapkan, karena harapan itu adalah doa agar ALLAH SWT memberikan yang terbaik buat kita. mari dengan buaian asap rokok, dan kenikmatan meminum kopi, kita nikmati apa yang ada di depan, dan kita jadikan pelajaran apa yang ada di belakang.

Pagi Bandung, di kala umat Hindu merayakan Nyepi

WARNING !!

PLAGIAT ADALAH TINDAKAN YANG BISA MENDAPATKAN SANKSI BACA SENDIRI UU RI No 19 TAHUN 2002 BAB XIII Ketentuan Pidana Pasal 72, APABILA MAU MENGOPI-PASTE TULISAN DISINI GUNAKAN SITASI YANG BAIK DAN BENAR