Minggu, 25 Oktober 2015

Berlabuh Di Lindoya : Kesendirian Yang Berbatas

Tak Kenal Maka Tak Sayang – Knut


Sebuah tempat bernama lindoya, sebelum membaca novel berlabuh di lindoya ini tak pernah terpikir kalu lindoya merupakan sebuah pulau dari gugusan pulau-pulau yang berada di daratan norwegia. Cukup menyenangkan membaca novel-novel berlatar luar negeri, selalu memberikan kejutan-kejutan yang seperti kerikil, biar kecil tapi menggelitik. 

Dimulai dari seorang gadis bernama sam, gadis asli Indonesia yang berlatar belakang pendidikan teknik mesin yang bekerja pada sebuah perusahaan di belahan bumi utara. Pekerjaan itu di dapatkan karena hasil dari rasa sakit di masa lalunya sehingga membuat sam bertekad untuk meninggalkan Negara asalnya. Rasa sakit itu pula yang mengakibatkan sam sangat ahli dalam menyortir teman, tapi bukan berarti sam anti social terbukti dengan karir nya yang terus menanjak. Hal tersebut ditunjukan dengan ketika sam ditempatkan bekerja di Oslo, kota di belahan utara dunia yang cukup ramai, tapi sam mencari tempat tinggal di pulau sepi bernama Lindoya. Pola cerita maju mundur yang digunakan penulis memberikan sebuah kesan ikatan masa lalu dan masa sekarang yang sangat kental, masa lalu sam yang aslinya bernama Putri Samahita mulai muncul di seperempat awal novel ini. Tetapi barisan masa lalu tersebut tidak secara detail penulis gambarkan, hanya sebagai pemanis yang coba penulis buat sehingga pembaca dapat merangkai imajinasi sam di masa sekarang.
 
Sumber : goodsread.com
Membaca novel berlatar belakang luar negeri selalu membuat sebuah pengalaman baru bagi pembacanya, karena pembaca seperti disuguhi kenyamanan berimajinasi kondisi pelataran, lingkungan serta lukisan alam suatu negeri. Selain itu, penulis juga menyuguhkan perbauran 2 macam budaya yang sangat apik dalam novel ini. Budaya barat khas norwegia dan budaya timur khas Indonesia, sangat berpadu kental dalam novel ini. Sosok sam yang dibuat dingin dan sosok Rasmus yang hangat, membuat pembaca pasti berpikir, yang mana yang barat yang mana yang timur.
Di pertengahan novel ini, penulis coba menunjukan klimaks yang indah yaitu dengan memasukan bumbu-bumbu polemik keadaan Negara Indonesia pada era sekarang yaitu pertikaian tentang korupsi dan memberikan citra bahwa tidak semua penegak hukum itu jahat, tetapi masih ada penegak hukum yang baik seperti ibunda dari Putri Samahita. Diceritakan juga beberapa kelakuan anggota dewan kita yang gemar pelesiran dan studi banding ke luar negeri, oknum-oknum itu tetap studi banding hanya saja perjalanan wisatanya yang lebih diutamakan.
 
foto baru lepas dari bungkusan
Novel yang sangat menarik untuk novel berlatar Negara barat, sungguh menyenangkan membacanya pembaca dapat merasakan imajinasi liar khas Negara norwegia yang hampir berdekatan dengan kutub utara, bagi pembaca yang haus akan imajinasi liar Negara dingin ini pasti cocok, karena setelah membaca novel ini saya jadi ingin ke Lindoya, hanya saja saya berimajinasi Lindoya itu kepualauan seribu yang ada di ujung DKI Jakarta.Yang paling saya suka adalah bagian pesta Jonsok, karena disitu penulis coba menceritakan bagaimana mereka berpesta dengan makan udang yang jumlahnya berbaskom-baskom sungguh nikmat sekali tampaknya. 

Salah satu quote yang jadi inspirasi “Pernikahan kan bukan mainan, dilakukan hanya kalau dirasa sesuai dengan kondisi (hal 242). Novel yang indah ini ditutup dengan

Sebelum kamu hadir, aku berpikir hidupku sudah lama berlalu.
Ketika kamu menyeruak masuk, aku baru menyadari aku masih hidup.
Jika segalanya dimulai dari cahaya, kini kamu mengembalikan matahariku.
Denganmu, aku akan mengarungi bahtera hidup baru.
Aku harap hidupku dan hidupmu selalu diterangi sang pencipta.
Selamanya. 

 

(Kebon Kolot, 25102015-ketika malam bersenandung)

WARNING !!

PLAGIAT ADALAH TINDAKAN YANG BISA MENDAPATKAN SANKSI BACA SENDIRI UU RI No 19 TAHUN 2002 BAB XIII Ketentuan Pidana Pasal 72, APABILA MAU MENGOPI-PASTE TULISAN DISINI GUNAKAN SITASI YANG BAIK DAN BENAR