Senin, 12 November 2012

Perpustakaan Batu Api : Bisnis Perpustakaan Masa Kini ?

Berawal dari membaca tulisan Sonia Fitri Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung di Media Indonesia Hal 18 Minggu, 11 November 2012 berselang sehari dengan tanggal dimana seluruh Bangsa Indonesia merayakan Hari Pahlawan. Tulisan tersebut mengangkat tentang Perpustakaan Batu Api, sebuah Perpustakaan Pribadi yang didirikan dengan berangkat dari idealisme ingin berbagi tanpa berorientasi profit, tulis Sonia pada artikel tersebut. Mengulas sedikit pemilik dari Perpustakaan ini adalah pasangan Pencinta Buku yaitu Anton Solihin dan Arum, Mas Anton sendiri adalah lulusan Jurusan Ilmu Sejarah UNPAD sedangkan Mbak Arum dalam tulisan ini tidak diceritakan sebagai lulusan mana. 

Saya sendiri sebagai seorang lulusan Jurusan Ilmu Perpustakaan belum tentu memiliki pemikiran idealisme untuk membangun sebuah Perpustakaan sedemikian rupa, apalagi dengan sebuah sistem yang mereka sebut itu sistem klasik. Dalam tulisan ini dikatakan Perpustakaan Batu Api masih menggunakan sistem manual, dan itu merupakan hal unik, karena tidak bernomor ataupun berkode lazimnya buku di Perpustakaan Umum, hanya terdapat cap khas Batu Api, dan juga terlihat dari sistem pendataan Anggotanya, yang masih dituliskan dalam sebuah kertas. Menurut pendirinya, penulis menulis bahwa sistem tersebut tetap dipertahankan karena mereka ingin menciptakan suasana rumah yang bersifat kekeluargaan, antara anggota perpustakaan dan pemilik saling berbagi dengan komunitas nonformal tetapi berkualitas. 

Terkait dengan hubungan sebuah sistem terhadap kualitas interaksi yang ada menurut saya itu tidak ada korelasinya, dan mereka berpendapat bahwa buku-buku yang berada di Perpustakaan Batu Api merupakan sebuah Investasi. Penulis mengutip dari wikipedia bahwa Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Karena sebetulnya interaksi agar pengunjung Perpustakaan lebih nyaman dan merasakan suasana kekeluargaan adalah dengan sikap dari si "penjaga perpustakaan" itu sendiri, bukan dengan sistem, baik itu sistem klasik maupun sistem terautomatisasi. Hanya saja penulis menyayangkan kalaupun misalkan pendiri berpendapat bahwa koleksi mereka sebuah investasi, sangat disayangkan apabila tidak terkelola dengan maksimal.

Dalam artikel tersebut juga dijelaskan bahwa hampir 80 % biaya hidup pendiri Perpustakaan ini ditopang dari perpustakaan tersebut, dan ia tidak ingin menempatkan posisi penjaga perpustakaan sebagai profesi. Saya mulai memaknai, bahwa ini sebetulnya bukan sebuah Perpustakaan tetapi seperti pendapat Pak Putu Laxman Pendit pada sebuah group facebook Solidaritas Pustakawan Indonesia mengatakan, 
"Tanpa harus membuat kategorisasi yang terlalu rumit, Perpustakaan S.14 itu lebih menyerupai perpustakaan khusus yang terbuka untuk umum. Tetapi jika si pemilik galeri bermaksud mengembangkannya menjadi ruang berbayar (walaupun bentuknya donasi) maka tak usahlah menganggapnya ruang publik. Akan lebih baik lagi jika suatu saat pemiliknya terus terang saja berjualan informasi, dan Pustakawannya terus terang saja menjadi "manajer toko informasi"
Pendapat Pak Putu Menjelaskan tentang konsep bisnis Perpustakaan pada era sekarang ini, walaupun contoh yang dia pakai adalah sebuah Perpustakaan galeri seni, tapi saya sangat hapal betul awal mula perpustakaan tersebut berdiri dengan rasa idealisme yang sama dengan ketika Perpustakaan Batu Api berdiri. Apalagi ditambah dengan Perpustakaan Batu Api ini memberikan keuntungan materiel 80% dari seutuhnya kebutuhan si pendiri. Dan memang Penjaga Perpustakaan bukanlah suatu Profesi, Saya sendiri heran berarti konsep idealisme mereka untuk berbagi tanpa berorientasi profit itu bagaimana kondisinya saat ini?? tetap saja manusiawi kita butuh makan..Bayangkan wahai para Pustakawan Muda apakah kalian masih mengganggap Perpustakaan itu bersifat Non-Profit?dan Sosialis??mengambil ungkapan :
"Hanya orang bodoh yang meminjamkan buku kepada orang lain. Akan tetapi orang yang mengembalikan buku pinjaman adalah orang gila."(Gus Dur)
Silahkan anda memaknai nya sendiri....


Kamis, 08 November 2012

Perpustakaan Dalam Bingkai Berita (1)

Peran perpustakaan mungkin semakin menjadi sorotan di mata publik, dimulai dengan adanya fungsi perpustakaan sebagai sebuah lembaga non-profit untuk memberikan sumber-sumber bacaan gratis sampai menjadi sebuah lembaga penunjang bagi perkembangan minat baca di masyarakat. Konsep-konsep tersebut yang selalu diusung oleh perpustakaan di berbagai daerah, dimulai dengan diadakannya pameran perpustakaan di alun-alun kota pada hari minggu, hingga mengusung konsep perpustakaan keliling. Hingga awal bulan November kemari tepatnya pada tanggal 1-4 November Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Festival Taman Baca Masyarakat yang diikuti oleh Taman Bacaan Masyarakat hampir diseluruh Indonesia. Selain itu juga saya menemukan artikel di sebuah koran Tempo hari rabu tertanggal 07 November 2012 pada kolom gaya hidup yang berjudul " Pengangguran Pahlawan Melek Baca". Dalam artikel tersebut diulas sosok dari Eko Cahyono (32 Tahun) yang menggagas Perpustakaan Anak Bangsa di daerah Malang, adalah seorang pengangguran yang terkena efek pemutusan hubungan kerja, dari efek pengangguran tersebut, "daripada bengong, saya membaca apa saja di rumah", begitu tutur dia. Sehingga bahan bacaan yang telah habis dilahap kemudian ditaruhnya di teras rumah, dari situlah muncul ide membuat perpustakaan, yang menjadikan mas Eko ini mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Award dari Astra International.

Setelah itu, saya kembali membaca sebuah surat pembaca di harian Bisnis Indonesia tertanggal 8 November 2012 yang berjudul "Mendayagunakan Manfaat Perpustakaan" yang ditulis oleh seorang mahasiswa Akuntansi Universitas Ma Chung Malang Jawa Timur yang berisikan kekecawaan akan pendayagunaan perpustakaan secara maksimal terutama perpustakaan di tingkat Sekolah Dasar dan menengah. Hal-hal yang saya uraikan diatas menunjukan sebuah respon positif daripada masyarakat akan perkembangan dunia baca-membaca yang dari dahulu digembor-gemborkan oleh sebuah lembaga yang dinamakan Perpustakaan. Tetapi berbanding terbalik dengan dunia Kepustakawanan itu sendiri, kepustakawan adalah sebuah dunia dimana para personil yang membuat nama Perpustakaan itu hidup.

Ironi tersebut adalah ketidaktepatan kebijakan pemerintah dalam menggalakan UU No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan dimana Profesi Pustakawan ini seharusnya diakui, baik dari segi Material maupun Immaterial. Segi materialnya adalah masalah tunjangan-tunjangan bagi para Pustakawan ini yang belum memenuhi kriteria dalam hal ini bisa diukur dengan materi yang mereka terima sesuai dengan UMP, sedang Immaterial berupa, pengesahan atau image branding dari perpustakaan adalah tempat pegawai buangan, dimana banyak pemberitaan bahwa para pegawai bermasalah, selalu dilimpahkan dan dimutasikan masuk kedalam bagian perpustakaan, dan yang lebih parah lagi malah menjadi seorang kepala perpustakaan. Terutama di tingkat Perpustakaan Sekolah. 

Mungkin hal tersebut yang menjadi efek terdapat sebuah keluhan dari masyarakan yang dia tuliskan dalam kolom surat pembaca harian Bisnis Indonesia tersebut. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sendiri bukannya fokus dalam permasalahan Perpustakaan Sekolah malah membuat proyek baru dengan mengusung Taman Bacaan Masyarakat. Sebetulnya dunia Keperpustakaan bukannya iri akan dibantunya Taman Bacaan Masyarakat itu, tetapi ini adalah sebuah dualisme yang aneh akan dunia baca-membaca Indonesia, buat apa menggelontorkan sebuah proyek kembali tanpa proyek sebelumnya didayagunakan dengan maksimal.

Rabu, 07 November 2012

Apa Itu Knowledge Management

Yah tulisan ini sebetulnya tulisan hanya sebagai catatan saja, karena hanya ingin tahu daripada hanya menjadi rasa ingin tahu dan lewat begitu saja maka saya catat saja dalam tulisan ini
Knowledge Management
Seorang Anggota TNI Mayor Czi Budiman S. Pratomo mengutip pendapat Alvin Toffler pada era informasi faktor yang menonjol adalah Mind (pikiran, pengetahuan). Pengetahuan sebagai modal mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan kemajuan suatu organisasi. Dalam lingkungan yang sangat cepat berubah, pengetahuan akan mengalami keusangan oleh sebab itu perlu terus menerus diperbarui melalui proses belajar. Dalam era sekarang ini sangat populer dimana pengetahuan-pengetahuan itu diakumulasi untuk dijadikan sebuah data mentah dan dijadikan sebuah informasi yang disusun dan dikelola. Karena pada era informasi ini perusahaan-perusahaan sudah mulai terbuka wawasan nya akan pentingnya mengelola sebuah pengetahuan, seberapa pentingnya pengetahuan bagi berjalannya perkembangan roda bisnis perusahaan.
Data adalah kumpulan angka atau fakta objektif mengenai sebuah kejadian (bahan mentah informasi). Sedangkan Informasi adalah data yang diorganisasikan/diolah sehingga mempunyai arti. Informasi dapat berbentuk dokumen, laporan, multimedia atau dalam bentuk lainnya. Dan Pengetahuan (knowledge) adalah kebiasaan, keahlian/kepakaran, keterampilan, pemahaman, atau pengertian yang diperoleh dari pengalaman, latihan atau melalui proses belajar. Hanya saja dalam prosesnya, Pengetahuan itu adalah informasi yang didayagunakan dan dimaknai oleh si pengguna informasi tersebut. Sehingga terdapat dua konteks arahan dari pengetahuan itu sendiri. Dari penjelasan diatas dapat diartikan bahwa pengetahuan itu adalah sebuah data, karena didapatkan dari bentukan-bentukan pengalaman, dan akan terus berputar seperti circle karena ketika data diolah menjadi informasi dan dimaknai oleh pengguna sehingga menjadi pengetahuan yang didayagunakan, tetapi orang lain melihat itu dalam perspektif lain maka akan kembali menjadi data yang perlu diolah kembali untuk menjadi informasi bagi orang lain tersebut, dan dimaknai kembali oleh orang lain tersebut, dan seterusnya begitu berulang-ulang.
Pengetahuan terbagi dua, karena terlihat dari fenomena circle diatas :
  1. Pengetahuan Tacit merupakan bentuk pengetahuan yang masih tersimpan dalam pikiran manusia. Misalnya gagasan, persepsi, cara berpikir, wawasan, keahlian/kemahiran, dan sebagainya.
  2. Pengetahuan Eksplisit merupakan bentuk pengetahuan yang sudah terdokumentasi/terformalisasi, mudah disimpan, diperbanyak, disebarluaskan dan dipelajari. Contoh: manual, buku, laporan, dokumen, surat dan sebagainya.
Sehingga Pendefinisian tentang Manajemen Pengetahuan itu tergantung dari fungsi organisasi atau perusahaan tempat dimana Manajemen Pengetahuan itu diterapkan, hanya saja ketika melihat sekilas Manajemen Pengetahuan adalah proses dimana untuk menemukan, memilih, mengorganisasikan, menyarikan dan menyajikan serta menyebarkan informasi dengan cara tertentu yang dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan dalam suatu bidang kajian yang spesifik. Atau secara umum KM adalah teknik untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi untuk menciptakan nilai dan meningkatkan keunggulan kompetitif. Dalam artiannya KM itu adalah sebuah ilmu Multidisipliner yang mencakup banyak hal.

KM itu Ilmu Multidisipliner?
KM itu sendiri muncul dari sebuah kebutuhan pengembangan pengetahuan dalam organisasi, awal mulanya konsep ini mucul dari orang-orang manajemen karena kompetisi yang kian tajam dalam memperoleh keunggulan. Ketatnya kompetisi menyadarkan orang bahwa hanya penguasaan pengetahuanlah yang akan menentukan keunggulan suatu organisasi. Seperti halnya Napoleon Bonaparte berpendapat "Siapa yang menguasai informasi dia yang menguasai Dunia". Dari pendefinisian KM sendiri maka kita mendapatkan bidang-bidang ilmu yang berkaitan dengan Knowledge Management itu sendiri :
  • Ilmu keorganisasian 
  • Ilmu kognitif 
  • Linguistik 
  • Teknologi informasi -> knowledge-based system, database technology, information management 
  • Ilmu Perpustakaan
  • Teknik penulisan dan jurnalisme 
  • Antropologi dan sosiologi 
  • Pendidikan dan pelatihan 
  • Ilmu komunikasi 
  • Teknologi kolaborasi -> intranet, ekstranet, portal, web technologies
Konsep Penerapan Knowledge Management
Untuk dapat menerapkan knowledge management, kita harus mengenal komponen-komponen apa saja yang menyusun knowledge management. Dalam artikelnya yang berjudul EFQM Excellence Model and Knowledge Management Implications, Dilip Bhatt seorang konsultan Knowledge Management mengungkapkan tiga komponen knowledge management yang terdiri dari (Bhatt, 2000) yaitu People, Process, dan Technology.
Seperti yang dikemukakan Bhatt, setiap aspek dari knowledge management pasti berkaitan dengan tiga komponen tersebut, yaitu people, process, dan tehnology. Berikut adalah contoh dari tiga pilar diatas

  • People: Knowledge berada didalam people dan akan ditransfer ke people juga, jadi people adalah faktor utama dalam penerapan keberhasilan knowledge management.
  • Process: Proses membantu untuk mengeksternalisasi (tacit menjadi explicit) yang berhubungan dengan perubahan proses kerja, organisasi dan lain sebagainya.
  • Technology: Teknologi disini berperan serta sebaga enabler dalam knowledge management, dimana teknologi mempunyai fungsi dalam capture, store, update, search dan re-use knowledge atau yang sering kita kenal sebagai KMS (Knowledge Management System).
Hal terpenting lainnya yaitu empat pilar utama dalam penerapan knowledge management yang dikemukakan oleh Stankosky (2000), seperti tercantum pada gambar dibawah ini:


Stankosky menjelaskan bahwa empat pilar tersebut yang menopang kekuatan dalam arsitektur knowledge management:

  • Leadership. Kepemimpinan mengembangkan strategi yang dibutuhkan untuk keberhasilan dalam sebuah lingkungan. Strategi itu menentukan visi dan harus menyelaraskan KM dengan strategi bisnis untuk mendorong nilai dari KM ke seluruh organisasi. Fokusnya adalah membangun dukungan dari para eksekutif.
  • Organization. Memperkenalkan KM membutuhkan perubahan dalam organisasi, dan KM dituntut untuk menjadi katalis dalam budaya perusahaan. Untuk memulai perubahan dalam organisasi, KM harus diintegrasikan dengan proses bisnis.
  • Technology. Sebagai tools dalam KM yang sangat penting. Menentukan dan mendefinisikan kemampuan IT sangat penting agar sesuai dan sejalan dengan kebutuhan organsisasi.
  • Learning. Pembelajaran dalam organisasi (organizational learning) harus diarahkan kepada pendekatan seperti peningkatan komunikasi, menjalankan tim yang lintas-fungsi, dan menciptakan komunitas belajar. Dalam konteks ini belajar dapat dideskripsikan sebagai mendapatkan knowledge atau kemampuan melalui belajar, pengalaman, atau instruksi-instruksi. Manusia (people) memainkan peranan penting dalam hal ini, baik dalam mengoperasikan KMS sebagai tools untuk mensuport perusahaan, berkolaborasi, berkomunikasi, sharing ide, dan sebagainya.
Knowledge Management VS Perpustakaan
Perpustakaan seperti yang saya kutip dari wikipedia Dalam arti tradisional, perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah. Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri.
Tetapi, dengan koleksi dan penemuan media baru selain buku untuk menyimpan informasi, banyak perpustakaan kini juga merupakan tempat penimpanan dan/atau akses ke map, cetak atau hasil seni lainnya, mikrofilm, mikrofiche, tape audio, CD, LP, tape video danDVD, dan menyediakan fasilitas umum untuk mengakses gudang data CD-ROM dan internet.
Perpustakaan dapat juga diartikan sebagai kumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia.
Oleh karena itu perpustakaan modern telah didefinisikan kembali sebagai tempat untuk mengakses informasi dalam format apa pun, apakah informasi itu disimpan dalam gedung perpustakaan tersebut atau tidak. Dalam perpustakaan modern ini selain kumpulan buku tercetak, sebagian buku dan koleksinya ada dalam perpustakaan digital (dalam bentuk data yang bisa diakses lewat jaringan komputer).
Dari penjelasan diatas saya mencoba untuk mengkaitkan konsep KM dan konsep dari perpustakaan itu sendiri sama. Hanya saja beberapa ahli berpendapat konsep KM itu sendiri lebih luas dari konsep perpustakaan, dan kenapa kebanyakan ahli-ahli KM adalah lulusan sekolah informatika bukan lulusan Ilmu Perpustakaan..??

Sumber Referensi :
Bhatt, D. 2000. EFQM Excellence Model and Knowledge Management Implications.
Stankosky, Michael. 2000. A Theoretical Framework. KM World. Special Millennium Issue.

Minggu, 04 November 2012

Melodic Of Life

Tulisan ini berkembang dari sebuah hasrat pemikiran yang tak kunjung padam, sebuah euforia kehidupan yang ingin selalu di hinggapi sebuah kenyamanan, kebahagiaan, dan tidak sedikit mengurangi kedinamisan hidup. mungkin saat tulisan ini ditulis, ada yang mungkin sudah mengirimkan uang dengan kalkulasi tertentu, ada yang masih giat-giat melakukan pekerjaannya, ada yang masih beromantika dengan sebuah mimpi. Dan saya adalah seorang manusia yang masih beromantika dengan mimpi tersebut, sehingga muncul lah tulisan ini.

Refleksi
sembari memandang layar smartphone yang saya miliki tertuang sms tentang kalkulasi jumlah transfer dari penggantian pembelian barang, yang seharusnya lebih baik barang tersebut saya ambil tanpa harus diganti dengan uang agar saya dapat membelikan berupa barang yang sama tanpa perlu repot-repot mengambil ke tempat beliau. Kembali mengingat masa-masa dimana saya berkuliah di sebuah kampus megah di kawasan perdesaan Jatinangor, disana lah saya mulai mencari-cari seoongok pengalaman yang mungkin bisa saya kembangkan suatu saat. Saat itu saya berkuliah di Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan, sebuah jurusan yang bernaung di sebuah Fakultas tersohor, Fakultas Ilmu Komunikasi. Sampai-sampai setiap saya ditanya berkuliah dimana, saya tidak menyebutkan jurusannya tapi menyebutkan nama Fakultas yang jadi penaung dari jurusan saya tersebut. Dari situ mulailah saya belajar yang namanya Ilmu Informasi dan Perpustakaan.

Kuli-Ah
Masa-masa menjalani kuliah saya semakin ditempa dengan rasa ingin tahu tentang berbagai macam hal, tentang sudut-sudut keilmuan perpustakaan, sudut-sudut keilmuan berorganisasi, yang menurut saya adalah sebuah makna agar mimpi saya terwujud, mimpi seorang anak kampung yang masih haus akan bentuk sebauh keidealisan konsep ilmu. Bernaung di sebuah organisasi bertaraf Himpunan, berjibaku menggali potensi diri, menganalisis semua program-program yang berjalan, ditumpuk dengan rasa pertemanan yang nyata sembari menumbuhkan jiwa loyalitas saya pada organisasi tersebut, memberikan efek kritis bagi pemikiran saya ketika diberikan sebuah permasalahan. Dituntut untuk menghasilkan sebuah karya, berupa ijazah membuat saya berjibaku dengan kajian-kajian beragam keilmuan, dari mulai tata cara kodifikasi pengetahuan, tajuk subjek, indexing, abstracting, manajemen rancang bangun, sumber daya manusia, implementasi teknologi informasi, sampai pada kajian penyelerasan wujud kesempurnaan ilmu perpustakaan.

Selain itu, ditempa dengan kebutuhan perut dan lifestyle mahasiswa di Bandung, menumbuhkan saya untuk menerawang dan bermimpi lebih untuk menggali potensi di bidang enterpreneurship, lalu muncul lah konsep set up library: based on project dalam pemikiran saya. Bermula dengan proses magang di Perpustakaan fakultas tempat saya berkuliah, dibutuhkan untuk instalasi otomatisasi katalog pencarian di berbagai Perpustakaan Daerah, Migrasi dan Pembuatan template catalogue based on web. sampai kepada wujud mimpi saya set up library based on project saya jalani hingga masa akhir saya menyandang gelar Mahasiswa.

Present : Now
Saat ini, yang saya maksud saat ini adalah dimana setelah saya mengakhiri gelah ke-Mahasiswa-an saya, dan masuk kedalam sebuah ranah sedikit naik tanggung jawab. Saya memulai karier saya dengan menjadi Pustakawan perguruan tinggi atau tepatnya sekolah tinggi swasta di Bandung, maklum memilih di Bandung karena saya cinta kota ini, cinta suasana sejuknya, cinta akan kehadiran terutama yah pacar saya. Pada waktu itu adalah dimana saya mulai bekerja sekitar 2 minggu setelah sidang pelepasan status ke-Mahasiswa-an saya, sehingga notabene saya belum memiliki ijazah dan saya pun belum di wisudakan (sebuah profesi adat, untuk melepaskan gelar mahasiswa) Menjadi pustakawan perguruan tinggi merupakan profesi yang naik turun, cukup dinamis (tapi ini tergantung perguruan tinggi mana yah) dan lumayan waktu kerjanya juga dari sistem pengupahan yang saya dapatkan katanya lumayan besar untuk ukuran seorang pustakwan perguruan tinggi swasta yang baru sekitar tahun 2008-an berdiri (pada waktu saya lulus tahun 2011).

Dikarenakan, pola-pola pekerjaan yang kurang sesuai dengan hati, dan skema budaya kerja yang menuntut untuk saya stay disana tanpa melakukan apa-apa hanya duduk termenung menunggu seseorang yang jabatannya sedikit lebih sentral daripada saya pulang duluan, karena menunggu agar saya tidak di sindir "kok udah pulang? ngapain pulang?besok kan kesini lagi" (damn shit sampai sekarang, kata-kata tersebut membekas dan menciptakan sedikit trauma pada diri saya). Pada bulan keempat saya bekerja disana dan itu sekaligus pertanda kontrak 3 bulan saya habis, dengan begitu dramatisnya saya berhasil tidak memperpanjang kontrak dengan syarat saya mengajukan surat pernyataan tidak memperpanjang kontrak kerja ( dalam UU sebetulnya tidak diharuskan saya membuat ini!!)

Dan sekarang bernaunglah saya menjadi pustakawan di sebuah konsultan hukum yang bergerak dalam Litigasi di Kota Jakarta, entah kemana lagi pemikiran dan mimpi saya akan menerawang, tetapi saya akan tetap bermimpi dan Mimpi itu akan tetap berlanjut.

You Can Do Anything If You Have Enthusiasm --Henry Ford--

WARNING !!

PLAGIAT ADALAH TINDAKAN YANG BISA MENDAPATKAN SANKSI BACA SENDIRI UU RI No 19 TAHUN 2002 BAB XIII Ketentuan Pidana Pasal 72, APABILA MAU MENGOPI-PASTE TULISAN DISINI GUNAKAN SITASI YANG BAIK DAN BENAR