Jumat, 28 September 2012

Bekerja, Radikal Dan Perut Melilit : Refleksi Seorang Pustakawan Baru

Tulisan ini merupakan sebuah refleksi singkat akan perdebatan yang saya baca, lihat dan sedikit berkomentar di sebuah milist dan bersambung dalam sebuah group FB. Tulisan ini juga sedikit menyita waktu istirahat siang juga menyita waktu pulang kerja untuk seraya tenggelam dalam ayunan pulau kapuk. Sedikit mendayu-dayu mungkin tulisan awal saya, tapi memang saya bermaksud untuk membuat seorang yang tidak sengaja membaca blog ini menjadi tersadarkan akan sebuah refleksi dan penambahan pengetahuan pada bidang pekerjaan yang kita namakan "Penjaga Buku", Ups salah Pustakawan.


Sebenarnya untuk menjadi "Penjaga Buku" itu tidak sulit, kenapa saya tuliskan tidak sulit, karena memang seseorang yang tidak mengenyam pendidikan pun bisa dengan mudah dan gampang untuk menjaga buku, bagaimana, betul??. Nah, yang sulit itu malah sedikit naik tingkat penamaannya yaitu menjadi Pustakawan. kenapa saya sebut sulit? karena ini terkait dengan isi dari yang namanya UU No 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan ( pasti persepsi orang kalo udah berkaitan dengan yang namanya Hukum itu menjelimet makanya saya mulai dengan undang-undang..hehe). Sudah tidak usah terlalu banyak membahas undang-undang, karena ini bukan legal draft atau legal opinion dari seorang pustakawan. Dilihat dari judul tulisan ini, terdapat tiga awalan kata yang sungguh nyentrik, Bekerja, Radikal, Dan Perut Melilit. Rangkaian kata yang menurut saya yang nulis (mencoba narsis) sangat indah. Coba mari kita telaah makna-makna nya 

Bekerja menurut saya adalah sebuah kegiatan/aktifitas yang kita lakukan atas dasar pencapaian tujuan tertentu seperti yang kita inginkan, (klik disini apabila ingin lebih tau kerangka filosofi tentang "bekerja")
Radikal sebetulnya saya kurang faham dengan kata ini, hanya saja kata ini terlihat keren ketika saya tulisakan dan saya sandingkan dengan kata-kata bekerja. Kata ini terlihat mengandung sebuah makna yaitu kekerasan yang digagas untuk memaksakan melakukan sebuah perubahan atas dasar kepentingan-kepentingan tertentu (mungkin yang baca bisa search sendiri makna dari radikal ini).Dan yang terakhir adalah, Perut Melilit. kata-kata ini sebetulnya kata-kata kasar yang sungguh tidak pantas diucapkan oleh seorang yang berpendidikan. Hanya saja ketika saya dalami makna kata tersebut merupakan penggambaran akan sebuah pemuas nafsu berdasarkan sebuah kepentingan. Dan sebenarnya ketiga kata itu dapat menjalin benang merah dengan sendirinya, dalam tulisan ini saya mencoba menelaah kenapa hal itu terjadi.

Bekerja itu adalah sebuah kegiatan/aktifitas yang (mungkin) saat ini sedang kita jalani, kalau misalkan salah seorang dari kita tidak menjalaninya yah tidak apa-apa, tidak akan mengganggu makna harfiah. Karena bekerja itu tidak mesti harus jadi pegawai, contohnya pengusaha : bekerja untuk diri nya sendiri, pelajar yah bekerja untuk mendapatkan ijazah, pengangguran : bekerja untuk mendapatkan aktivitas yang menghasilkan. menurut saya sih kalau organ tubuh atau pikiran kita bergerak sedikit saja berarti itu kita sudah bekerja, bagaimana, betul?? tapi dalam konteks bekerja "Pustakawan" itu sendiri saya ini yang masih newbie kadang merasa kebingungan, kan kerjaan pustakawan yah gitu-gitu ajah, kadang orang kantor sirik, ih enak nya kerjaan lo, bacain koran, buku, makalah, dll...." hhahaha...itulah keuntungan kerja Pustakawan. Sampai tulisan ini terbentuk pun saya masih terngiang-ngiang maksud dari statment "Banyak yang mau kerja jadi pustakawan, tapi yang bisa kerja susah". Nah Lho....

Kalau, Radikal berarti kekerasan untuk memaksakan, sebetulnya kalau tidak pake kata kekerasan berarti bukan memaksakan..hehhe... dan berlanjut radikal itu adalah sebuah jalan idealisme-an, bagaimana seseorang melakukan proses bergeraknya. Biasanya radikal ini berhubungan dengan ke-idealisme-an yang merujuk pada pola pikir seseorang untuk bertindak. Selain itu juga, ke-Radikal-an ini sepatutnya tidak kita kerjakan karena terlalu banyak sisi negatif yang akan muncul, kenapa? coba bayangkan sesuatu yang selalu dipaksakan itu tidak akan ada hasil yang mengandung sisi positif. Jadi yah biarkan lah ke-Radikal-an ini ada dalam pola pikir kita, dalam pemikiran kita sehingga hanya berdampak pada keinginan untuk sempurna pada sebuah hal yang dipandang oleh seseorang tersebut.

Sedangkan Perut Melilit ini dimaknai biasanya dengan kemakmuran materil, yah UUD lah seperti awal-an pembahasan tulisan ini, tetapi ini beda arti kepanjangan klo ini UUD (ujung-ujung nya duit). Hal ini lah yang menjadi kendala beberapa orang yang bekerja, Apalagi orang-orang yang freshgraduated yang belum punya pengalam atau pengalaman magangnya saja tidak dihargai karena tidak relevan. Saya pun merasa kebingungan ,diperdebatkan soal standar-standar tentang duit segini, gaji segitu. Tetapi mungkin yang namanya manusia itu tidak pernah ada puasnya, karena setiap manusia diberikan seberapa besar pun selalu saja mengatakan kurang (inget, cerita tukang batu yang menjadi batu), Apakah kurangnya itu disebabkan oleh regional suatu wilayah, atau insflasi mata uang atau jangan-jangan ada tuyul dalam dompet kita sehingga terasa kita selalu kurang dan kurang terus.

Maka, Bekerja yang sedikit dibumbui idealisme (ke-Radikal-an yang diperhalus) itu menghasilkan (tergantung) perut melilit atau perut buncit, ngerti kan maksudnya..?? g ngerti?? saya juga g ngerti...hehehhe.... tetapi begitu pun sebaliknya, kalau misalkan perut kita melilit, kita tidak akan bisa berpikir (idealisme, ke-radikal-an yang diperhalus) dan tidak akan bisa bekerja. Ah saudahlah kok serasa diputer-puter gini...hehhee,,, ini udah waktunya saya pulang. Semoga kemacetan ibu kota sedikit memberikan inspirasi untuk saya.

Majapahit, 27 September 2012.

WARNING !!

PLAGIAT ADALAH TINDAKAN YANG BISA MENDAPATKAN SANKSI BACA SENDIRI UU RI No 19 TAHUN 2002 BAB XIII Ketentuan Pidana Pasal 72, APABILA MAU MENGOPI-PASTE TULISAN DISINI GUNAKAN SITASI YANG BAIK DAN BENAR