Kamis, 01 November 2018

Pustakawan VS SKKNI VS KAYA RAYA

Bulan ini merupakan bulan-bulan proses penerimaan CPNS, di setiap surat kabar cetak maupun online yang saya baca selalu menjadi headline. Di setiap pembicaraan para jobseeker dalam sudut warung kopi pertigaan sudut keremangan Jakarta, pembicaraan selalu berkaitan dengan soal-soal test CPNS. Dalam kemeriahan sorak sorai penerimaan CPNS tersebut, terdapat jabatan yang selalu ada dalam posisi terakhir pada setiap lembar pengumuman kebutuhan jabatan (formasi) dari penerimaan PNS setiap tahunnya. Formasi jabatan yang selalu dicari-cari oleh para lulusan kesarjanaan perpustakaan, sehingga apabila lolos dan berhasil bisa mendapatkan penghargaan tertinggi dari para calon mertua di pelosok penjuru nusantara.

Selain terdapat berita penerimaan CPNS, di beberapa WAG (Whatsapp Group) Perpustakaan, bulan ini sedang berlangsung proses penyusunan atau mungkin proses pembedahan dari yang dinamakan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) untuk menuju KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). Sungguh sangat semakin berkembang para pustakawan ini, sampai semua detail pekerjaannya dipetakan sampai pada hal remeh temeh mungkin seperti gimana caranya nempelin kertas label supaya terlihat rapih dan bagus di punggung buku? Atau pembahasannya seperti bagaimana caranya memberikan senyuman terbaik pada pengunjung perpustakaan yang bertanya, dimanakan lokasi buku cerita anak?

Ah sudahlah, bagi saya dua frase tersebut merupakan tahapan-tahapan yang ada di dunia ini. Biarkan lah menjadi terkembang, hanya saja yang menjadi lucu ketika mendengar kabar kawan yang bekerja menjadi pustakawan sekolah negeri di suatu daerah mengeluh tentang kurangnya penghasilan, atau tidak dapat naiknya penghasilan sehingga mereka lebih memilih alih profesi. Tetapi sangat berbeda ketika mendengar kabar yang satunya lagi yang bekerja menjadi pustakawan di sekolah swasta (international curriculum) dia selalu bercerita tentang pesta di sekolahnya, tentang minum kopi di starbuck dan menghabiskan waktu weekendnya berkeliling negeri sebrang atau hanya sekedang menikmati panorama alam bali.

Selain itu, beberapa kawan yang menjadi pustakawan negeri sipil (PNS) selalu bercerita tentang kurangnya apresiasi,  jenuh dengan rutinitas pustakawan, sampai pada tidak bisanya naik jabatan yang mengakibatkan tidak naiknya penghasilan seiring dengan naiknya inflasi yang terjadi di negeri ini. Beda halnya dengan pustakawan swasta di sebuah perkantoran yang selalu menikmati pagi hari dengan minum starbuck setiap paginya. Saya selaku anak kampung yang terlena dengan gemerlap lampu ibukota ini selalu melihat starbuck sebagai sebuah indikator keberhasilan seseorang.

Ngomongin soal indikator keberhasilan, seseorang dinamakan pustakawan apabila individu tersebut sudah menempuh pendidikan (apapun itu, yang penting pendidikan!!!!) seperti amanat dari hukum formilnya para pustkwn..!!! “Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.”


sumber : https://miscetceteradotcom.files.wordpress.com/2014/03/evolving-librarian.jpg
Dengan adanya istilah kompetensi dan profesi, saya jadi teringat profesi dari Dokter dan Pengacara yang mempunyai lembaga profesi berdasarkan pengetahuan saya yang paling tua, tetapi coba lihat berapa banyak dilematika lembaga profesi pengacara tersebut….ahh sudahlah… pustakawan itu bukan pengacara, tapi bisa tidak pustakawan jadi pengacara??? Yang jelas semoga pustakawan tidak menjadi Pengangguran banyak acara….

DAN APAKAH ANDA TERMASUK PUSTAKAWAN BERHASIL???????......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

semoga menjadi sesosok inspirasi dalam hidup anda

WARNING !!

PLAGIAT ADALAH TINDAKAN YANG BISA MENDAPATKAN SANKSI BACA SENDIRI UU RI No 19 TAHUN 2002 BAB XIII Ketentuan Pidana Pasal 72, APABILA MAU MENGOPI-PASTE TULISAN DISINI GUNAKAN SITASI YANG BAIK DAN BENAR