Kamis, 08 November 2012

Perpustakaan Dalam Bingkai Berita (1)

Peran perpustakaan mungkin semakin menjadi sorotan di mata publik, dimulai dengan adanya fungsi perpustakaan sebagai sebuah lembaga non-profit untuk memberikan sumber-sumber bacaan gratis sampai menjadi sebuah lembaga penunjang bagi perkembangan minat baca di masyarakat. Konsep-konsep tersebut yang selalu diusung oleh perpustakaan di berbagai daerah, dimulai dengan diadakannya pameran perpustakaan di alun-alun kota pada hari minggu, hingga mengusung konsep perpustakaan keliling. Hingga awal bulan November kemari tepatnya pada tanggal 1-4 November Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Festival Taman Baca Masyarakat yang diikuti oleh Taman Bacaan Masyarakat hampir diseluruh Indonesia. Selain itu juga saya menemukan artikel di sebuah koran Tempo hari rabu tertanggal 07 November 2012 pada kolom gaya hidup yang berjudul " Pengangguran Pahlawan Melek Baca". Dalam artikel tersebut diulas sosok dari Eko Cahyono (32 Tahun) yang menggagas Perpustakaan Anak Bangsa di daerah Malang, adalah seorang pengangguran yang terkena efek pemutusan hubungan kerja, dari efek pengangguran tersebut, "daripada bengong, saya membaca apa saja di rumah", begitu tutur dia. Sehingga bahan bacaan yang telah habis dilahap kemudian ditaruhnya di teras rumah, dari situlah muncul ide membuat perpustakaan, yang menjadikan mas Eko ini mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Award dari Astra International.

Setelah itu, saya kembali membaca sebuah surat pembaca di harian Bisnis Indonesia tertanggal 8 November 2012 yang berjudul "Mendayagunakan Manfaat Perpustakaan" yang ditulis oleh seorang mahasiswa Akuntansi Universitas Ma Chung Malang Jawa Timur yang berisikan kekecawaan akan pendayagunaan perpustakaan secara maksimal terutama perpustakaan di tingkat Sekolah Dasar dan menengah. Hal-hal yang saya uraikan diatas menunjukan sebuah respon positif daripada masyarakat akan perkembangan dunia baca-membaca yang dari dahulu digembor-gemborkan oleh sebuah lembaga yang dinamakan Perpustakaan. Tetapi berbanding terbalik dengan dunia Kepustakawanan itu sendiri, kepustakawan adalah sebuah dunia dimana para personil yang membuat nama Perpustakaan itu hidup.

Ironi tersebut adalah ketidaktepatan kebijakan pemerintah dalam menggalakan UU No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan dimana Profesi Pustakawan ini seharusnya diakui, baik dari segi Material maupun Immaterial. Segi materialnya adalah masalah tunjangan-tunjangan bagi para Pustakawan ini yang belum memenuhi kriteria dalam hal ini bisa diukur dengan materi yang mereka terima sesuai dengan UMP, sedang Immaterial berupa, pengesahan atau image branding dari perpustakaan adalah tempat pegawai buangan, dimana banyak pemberitaan bahwa para pegawai bermasalah, selalu dilimpahkan dan dimutasikan masuk kedalam bagian perpustakaan, dan yang lebih parah lagi malah menjadi seorang kepala perpustakaan. Terutama di tingkat Perpustakaan Sekolah. 

Mungkin hal tersebut yang menjadi efek terdapat sebuah keluhan dari masyarakan yang dia tuliskan dalam kolom surat pembaca harian Bisnis Indonesia tersebut. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sendiri bukannya fokus dalam permasalahan Perpustakaan Sekolah malah membuat proyek baru dengan mengusung Taman Bacaan Masyarakat. Sebetulnya dunia Keperpustakaan bukannya iri akan dibantunya Taman Bacaan Masyarakat itu, tetapi ini adalah sebuah dualisme yang aneh akan dunia baca-membaca Indonesia, buat apa menggelontorkan sebuah proyek kembali tanpa proyek sebelumnya didayagunakan dengan maksimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

semoga menjadi sesosok inspirasi dalam hidup anda

WARNING !!

PLAGIAT ADALAH TINDAKAN YANG BISA MENDAPATKAN SANKSI BACA SENDIRI UU RI No 19 TAHUN 2002 BAB XIII Ketentuan Pidana Pasal 72, APABILA MAU MENGOPI-PASTE TULISAN DISINI GUNAKAN SITASI YANG BAIK DAN BENAR