Menangis bukanlah pilihan. Menangis tidak pernah menjadi pilihan. Marah-marah juga tidak ada gunanya – Roz
Sebuah Novel dengan latar
belakang salah satu Negara di daratan eropa, yaitu Austria. Daratan yang
terkenal dengan buah para bangsawan, buah anggur. Austria juga terkenal sebagai
penghasil wine terkenal di dunia salah satu wine yang terkenal dari Negara
tersebut adalah yang dibuat oleh Gruner Veltliner. Seperti halnya wine ketika
terlalu banyak di konsumsi akan menimbulkan rasa yang memabukan, begitupun
dengan novel yang ditulis oleh K. Fischer ini semakin mata bergerak ke akhir
halaman, semakin pikiran ini dibuat mabuk olehnya.
Roz, tepatnya Rosalia Miss Fix-it
bergitulah julukannya di Ferromagna sebuah kantor yang bergerak di industri
dengan sebagian besar pekerjannya adalah laki-laki. Roz adalah seorang proyek
manager berbakat, bakat itu serasa menjadi sebuah turunan genetika dari seorang
laki-laki dan wanita yang keduanya berkarir dalam bidang teknik. Manusia
tetaplah manusia, selama bekerja 6 tahun di Ferromagna, Roz tidak pernah
merasakan arti dari yang namanya liburan. Liburan yang Roz pikir dapat
memberikan sudut pandang lain, dapat memberikan sebuah kesejukan dan kenikmatan
serta menghilangkan kondisi penat dikarenakan bukan dia yang ditunjuk oleh Bos
nya untuk mengikuti international meeting yang sangat di idam-idamkan.
Ternyata dalam liburan tersebut bukan
keindahan dan kenikmatan yang harus Roz alami, tetapi Roz malah berkecimpung dalam
dunia bisnis para petani anggur dan lahannya beserta sebuah resort mewah yang
memperkenalkan sebuah merek wine go international bernama winetree. Selain itu,
permasalahan besar yang harus Roz selesaikan adalah Hennerhof yang terbelit
hutang dan akan dibeli oleh pemilik winetree. Suguhan sekelumit masalah
perbisnisan tersebut, tidak lupa penulis coba sajikan dengan kilatan-kilatan
bumbu cinta antara Roz, Bjorn dan Dagny. Kisah cinta yang sangat rumit, karena banyak
terjadi bumbu-bumbu mesra yang berkaitan dengan hubungan fisik.
Sumber : http://bookluvluv.blogspot.co.at |
Pembaca akan diberikan rasa penasaran
setiap membuka lembar demi lembar novel ini, karena banyak hal “bergairah” yang
coba novel ini suguhkan. Novel yang sangat informatif, tapi layak untuk
memberikan imajinasi liar bagi para pembacanya. Penulis banyak memberikan pesan
tersirat tentang “Don’t Judge A Book From Cover”. Selain itu, hal-hal seperti
maksud baik belum tentu dipandang baik, maksud jahat kadang kita pandang
sebagai maksud baik.
“sayangnya tidak semua yang tampak seperti
teman adalah benar teman” – Pegawai Bank (hal223)
“Mungkin aku takut menjadi tua seperti
orang tuaku. Jika tidak melarikan diri dari masalah, atau membesar-besarkan
masalah. Dua-duanya tidak menjawab apa-apa. Yang ada malah masalah makin
menggunung dan meledak sekalian” – Roz (hal 177)
Cita rasa novel ini sangatlah barat sekali,
walaupun roz lahir dari rahim seorang ibu Indonesia, tetap yang terjadi dalam
budaya yang diceritakan novel ini sungguh terkesan barat luar biasa. Hal
tersebut membuat pembaca seperti membaca novel cinta terjemahan. Selipan
emansipasi wanita sungguh kental dalam novel ini, tetapi naturalistik seorang
wanita sungguh jelas terlihat, ketika dihadapkan dengan sesosok lelaki yang
kekar dan Nampak klimis, jerat nafsu lelaki pun coba penulis gambarkan dengan
indah. Dan akhir yang indah dengan setetes blue vino dalam gelas, sungguh
menghangatkan belahan dunia sana. Seperti rontokan daun-daun anggur yang
diterbangkan angin dingin menutupi mereka.
Mereka terdiam.
Tanpa kata, namun bukan tanpa makna.
Ketika cinta menebarkan mantranya,
Sebuah senyum mampu membuka seluruh bulir rasanya.
(Kebon kolot, 02 November 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
semoga menjadi sesosok inspirasi dalam hidup anda